Kamis, 02 September 2010

AKAR BUDAYA POP

Bergaya merupakan merupakan fenomena kehidupan manusia dalam berbagai cara tindakan dan pikiran manusia. Cara berpakaian, berkendaraan , pilihan pakaian buku, makan film, musik,merupakan gaya hidup manusia yang dinyatakan sebagai praktik-praktik kebubayaan
Membicaraan kebudayaan merupakan pokok bahasan yang menarik terutama dikaitkan dengan perkembangan kehidupan manusia saat ini. Sebelum lebih jauh kita membedah kebudayaan ada baiknya kita mengetahui tentang makna kebudayaan.
Kebudayaan atau Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Budaya menurut McIver adalah ekspresi jiwa yang terwujud dalam cara-cara hidup
dan berpikir, pergaulan hidup, seni kesusasteraan, agama, rekreasi, dan hiburan,
dan yang memenuhi kebutuhan hidup manusia. (dikutip dalam Soekanto, 2002:304).
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.yaitu :
Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Budaya  bisa sebagai sebuah panduan bagi sekelompok masyarakat untuk bertindak dan berperilaku,budaya mewujud, dipelajari dan diaplikasikan salah satunya melalui media komunikasi. Orang tua yang merawat dan membesarkan anaknya melakukan transmisi budaya melalui komunikasi interpersonal. Kemudian, semakin kompleks sebuah masyarakat semakin kompleks pula perilaku komunikasi yang dijalankan. Komunikasi sebagai sebuah perilaku interaksi sosial menjadi alat bagi budaya untuk mempertahankan dirinya dan memastikan hal tersebut melalui pewarisan social. Namun komunikasi juga menjadi media bagi pewarisan budaya-tandingan atau counter culture yang diam-diam mengakar dan tumbuh sebagai alternatif dari budaya-tinggi yang dimiliki sebuah masyarakat. Budaya tinggi penulis mengartikan sebagai salah satu aspek kebudayaan sebuah masyarakat yang keberadaannya berasal dari nilai-nilai mendasar yang dimiliki kebudayaan tersebut, budaya tinggi merupakan pengejawantahan dari aspirasi, moral dasar, penghayatan masyarakat akan kehidupan dan cenderung memerlukan kemampuan khusus untuk menerap-kannya. Budaya tinggi salah satunya adalah jenis musik yang ada di masyarakat.
Saat ini musik yang dikategorikan klasik seperti warisan Mozart, Bach, Schubert,
dsb acapkali dikaitkan dengan kekunoan, kompleksitas, dan hanya dimainkan di gedung-gedung opera atau teater. Hal senada juga berlaku bagi alat musik tradisional Gamelan, yang seringkali kita lihat (hanya) dimainkan di Keraton, Pagelaran seni Wayang, dan pertemuan-pertemuan kenegaraan. Meskipun ada usaha untuk melestarikan seni Gamelan melalui kursus dan sekolah Karawitan. Budaya tinggi yang tergeser oleh kemunculan teknologi yang berakibat pada instanisasi perilaku masyarakat, mendapatkan tandingannya berupa budaya populer.
Mengapa budaya populer menjadi tandingan dari budaya tinggi? Budaya populer atau budaya massa diartikan oleh McDonald dalam Popular Culture (Strinati, 2004:18) sebagai sebuah kekuatan dinamis, yang menghancurkan batasan kuno, tradisi, selera dan mengaburkan segala macam perbedaan. Budaya massa membaurkan dan mencampuradukkan segala sesuatu, menghasilkan apa yang disebut budaya homogen. Budaya tinggi menyesuaikan diri dengan moral dasar yang dianut sebuah masyarakat. Bila budaya tinggi adalah sebuah bentuk dukungan terhadap kestabilan dan kemamapanan nilai-nilai dalam masyarakat, maka budaya populer pada awalnya bertindak sebagai counter culture yang melawan kemapanan, memberikan alternatif bagi sebuah masyarakat yang berubah, kemudian menjadi ‘pemersatu’ unsur-unsur masyarakat yang terpisahkan kelas dan status social ke dalam satu komunitas massa ‘maya’. Komunitas tersebut disebut ‘maya’ karena seperti hakekatnya sebuah bentuk komunikasi massa yang khalayaknya anonym dan tersebar, komunitas dari budaya populer acapkali bersifat tersebar dan anonim. Mereka dipertemukan ketika budaya populer tersebut berwujud. Sebuah grup musik yang sedang naik daun atau terkenal adalah salah satu contoh budaya populer. Penggemarnya berada di berbagai pelosok daerah dan negeri, dipersatukan pada saat band tersebut tampil, yang walaupun tampilnya di stasiun televisi, menyatukan para penggemarnya untuk menyaksikan. Pada saat itu mereka menjadi komunitas massa ‘maya’.
Dan makna populer pada mulanya merupakan istilah hukum dan politik, dari popularis (Latin = milik orang). Tindakan popular yang berarti, adalah tindakan sesuai hukum yang terbuka bagi siapa saja untuk memulai. 'Populer estate' dan 'pemerintahan rakyat', sebagaimana dimaksud merupakan sebuah sistem politik atau dijalankan oleh seluruh orang, tapi juga ada pengertian (lihat 'umum') dari 'rendah' atau 'dasar'. Transisi ke terminal dominan maknanya 'luas disukai' atau 'disukai' menarik dalam bahwa hal itu mengandung unsur yang kuat menetapkan untuk mendapatkan kenikmatan, dengan rasa perhitungan yang belum cukup menghilang tetapi yang jelas dalam diperkuat frase seperti 'sengaja populer'. Sebagian besar orang-orang yang telah meninggalkan catatan menggunaan kata ini dalam melihat masalah dari sudut pandang ini, ke bawah. Ada netral menggunakan, seperti Utara 'lebih populer, dan berkeinginan rakyat biasa akan baik dan menguntungkan' (1580) (di mana 'populer' masih istilah kebijakan daripada kondisi), dan jelas menghina menggunakan, seperti Bacon 'a Noble-orang kuno Keluarga, tapi unquiet dan populer' (1622). Popularitas didefinisikan pada 1697, oleh Collier, sebagai pacaran nikmat rakyat dengan praktek-praktek yang tidak semestinya'. Penggunaan ini mungkin diperkuat oleh aplikasi yang tidak menguntungkan: referensi yang netral untuk populer ... theams '(1573) kurang karakteristik dari' kesalahan populer '(1616) dan populer sicknesse '(1603) atau penyakit populer, di mana hal yang tidak diinginkan meluas. Rasa utama disukai secara luas jelas oleh arti mungkin disukai. Sebuah majalah Amerika yang dapat diamati: mereka mengambil "populer" cukup serius dan tulus sebagai sinonim baik. Pergeseran dalam perspektif pemaknaan popular kurang jelas. Pengertian Populer dilihat dari sudut pandang dari orang-orang yang bukan mencari kenikmatan atau kekuasaan mereka. Namun pengertian yang lebih awal tidak mati bahwa popular bermakna negatif. Budaya populer tidak teridentifikasi oleh rakyat melainkan oleh orang lain, dan masih membawa dua wilayah yakni: tentang inferior jenis pekerjaan (bdk. sastra populer, populer tekan yang dibedakan dari'kualitas tekan); dan bekerja sengaja menetapkan untuk menang mendukung ( 'populer jurnalisme' yang dibedakan dari 'jurnalisme demokratis' atau 'populer hiburan'); serta rasa lebih modern sangat disukai oleh banyak orang, yang tentu saja, dalam banyak hal, yang sebelumnya tumpang tindih indra . Baru-baru ini budaya populer sebagai budaya sebenarnya dibuat oleh orang-orang untuk diri mereka berbeda dari semua ini, tetapi sering berpindah ke masa lalu yang dinyatakan sebagai 'budaya rakyat'. Jangkauan pemaknaannya dapat dilihat lagi dalam 'mempopulerkan', yang sampai kedalam istilah politik, dalam arti yang lama, dan kemudian mengambil makna yang khusus menyajikan pengetahuan dalam cara-cara yang umumnya dapat diakses. Yang menggunakan terutamanya berkenaan dengan hal yang menguntungkan. Pada pertengahan lagu populer dan seni populer yang khas disingkat menjadi 'pop', dan berbagai penyebutan yang akrab bagi indra manusia.
Budaya pop merupakan budaya yang di terima di tengah-tengah masyarakat, berkaitan dengan masyarakat kebanyakan dan selanjunya terjadi perkembangan . Perkembangan budaya popular dimanfaatkan untuk menjadi kendaraan perkembangan budaya komersil yang di topang oleh sistem kapitalisme global. Ada keterkaitan erat antara popular culture dengan commercial culture (budaya komersil). Sesuatu sengaja diproduksi untuk konsumsi yang sifatnya massal (common people). Bisa dikatakan bahwa sesuatu itu diproduksi hanya berlandaskan keinginan pasar saja. Dengan demikian, hipotesa saya bahwa budaya pop hanya akan terjadi manakala keinginan pasar menjadi perhatian sentral. Singkatnya, ada selera mainstream di tengah-tengah masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar